Minggu, 30 Desember 2007

perkataan para ulama salaf

TIGA LANDASAN UTAMA

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah v :

فَدِيْنُ اْلمُسْلِمِيْنَ مَبْنِيٌّ عَلَى كِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ وَمَا اتَّفَقَتْ عَلَيْهِ اْلأَئِمَّةُ، فَهَذِهِ الثَّلاَثَةُ أَصُوْلٌ مَعْصُوْمَةٌ (مجموعة فتاوى ابن تيمية 20/164)

"Agama kaum muslimin dibangun atas dasar; mengikuti kitabullah, Sunnah Rasul-Nya dan kesepatakan para imam (ijma')" (lihat Majmu'ah Fatawa Ibnu Taimiyah 20/164)

IKHLAS

قال سهل رحمه الله : الِإخْلاَصُ أَنْ يَكُونَ سُكُونُ العَبْدِ وَحَرَكَاتُهُ للهِ.

Berkata Sahl, semoga Allah merahmatinya ; "Ikhlas adalah, diam dan bergeraknya seorang hamba hanya ditujukan untuk Allah semata". (Al-Jaami' fii Thalabil Ilmi as-Syariif – Abdul Qadir bin Abdil Aziz hlm. 36 bab. 4 jld. 3).

قال ابن القيم رحمه الله : الأَعْمَالُ أَرْبَعَةٌ: وَاحِدٌ مَقْبُوْلٌ، وَثَلَاثَةٌ مَرْدُوْدَةٌ، فَلْمَقْبُولُ مَاكَانَ للهُ خَالِصًا وَلِلسُّنَّةِ مُوَافِقًا، وَالمَرْدُوْدُ مَافَقَدَ مِنْهُ الوَصْفَانِ أَوْ أَحَدُهُمَا، وَذَلِكَ أَنَّ الأَعْمَالَ المَقْبُوْلُ هُوَ مَا أَحَبَّ اللهُ وَرَضِيْهِ، وَهُوَ سُبْحَانَه إِنَّمَا يُحِبُّ مَا أَمَرَ بِهِ وَمَا أُمِلَ لِوَجْهِهِ، وَمَا عَدَا ذلِكَ مِنَ الأَعْمَالِ فَإِنَّه لَا يُحِبُّهَا، بَلْ يُمْقِتُهَا وَيُمْقِتُ أَهْلَهَا.

Berkata Ibnul Qoyyim, semoga Allah merahmatinya ; "Amalan itu ada empat macam, yang satu diterima dan yang tiga tertolak, adapun yang diterima adalah amalan yang ikhlash karena Allah dan sesuai dengan sunnah (Rasul-Nya), dan amalan yang tertolak adalah yang kedu atau salah satunya tidak ada pada amalan itu atau, karena amalan yang diterima itu adalah yang disukai dan diridlai oleh Allah, sedangkan Allah hanya menyukai amalan yang Dia perintahkan saja dan diamalkan untuk mencari ridla Nya, maka apa yang selainnya tidak akan menyebabkan Allah suka, bahkan Dia akan membencinya dan membenci pelakunya".(Al-Jaami' fii Thalabil Ilmi as-Syariif – Abdul Qadir bin Abdil Aziz hlm. 37 - bab. 4 - jld. 3).

SYIRIK BESAR DAN KECIL

قال عبد الله بن مسعودaأكبر الكبائر: الشرك بالله والأمن من مكرالله والقنوط من رحمة الله واليأس من روح الله

Berkata Abdullah bin Umar a"Dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar adalah syirik kepada Allah, merasa aman dari makar Allah serta putus asa dari rahmat Nya. (Dinukil dari Kitab Baghyatul Qashidin Bab Aqsamu Dzunub: 103 Dan Bab Istiqamah: 178-179).

قال أبودرداء: إستعينواباالله من خشوع النفاق قيل وما خشوع النفاق ؟ أن يرى الجسد خاشعا والقلب ليس بخاشع ( الصفوة 1\363 )

Abu Darda berkata: Berlindunglah kalian kepada Alloh dari Khusu'nya kemunafikan, ketika ditanyakan apakah khusunya nifak itu ? yaitu ketika penampilannya kelihatan khusu' padahal hatinya tidak khusu'. ( as shofwah : 1 / 363 )

SUM’AH

قال فضيل بن عياض : من أحب أن يذكر لم يذكر ومن كره أن يذكر ذكر ( سير الأعلام 432 )

Fudail bin iyadh berkata : Barang siapa yang suka untuk disebut – sebut namanya maka ia tidak akan terkenal, dan barang siapa yang tidak suka untuk disebut – sebut namanya, maka ia akan terkenal. ( Siyarul A'lam : 432 )

SOMBONG

Aun bin Abdulloh berkata :

كَفَى بِكَ مِنَ اْلِكْبِر أَنْ تَرَكَ لَكَ فَضْلاً عَلَى مَنَْ هُوَ دُوْنَكَ

Artinya : "Cukuplah kesombongan itu menghilangkan keutamaanmu dihadapan orang-orang dibawahmu." ( Sifatu Sofwa hlm juz 3 halaman 201 )

Imam Mujahid berkata :

لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ جَبَّارٌ وَلاَ مُسْتكْبِرٌ وَلاَ مُسْتَحْيٌ

Artinya: "Tiada mendapatkan ilmu orang yang berlaku sewenang-wenang, orang yang sombong dan seorang yang pemalu." ( Al Faqiih wal Mutafaqqih juz 2 halaman 300 )

ILMU DAN JAUHI BID'AH DAN KAIDAH BID’AH

Abdullah bin Mas'ud z berkata:

إِنَّكُمْ سَتَجِدُوْنَ أَقْوَامًا يَزْعُمُوْنَ أَنَّهُمْ يَدْعُوْنَكُمْ إِلَى كَتَابِ اللهِ وَقَدْ نَبَذُوْهُ وَرَاءَ ظُهُوْرِهِمْ فَعَلَيْكُمْ بِالْعِلْمِ وَإِيَّاكُمْ وَالتَّبَدُّعَ وَإِيَّاكُمْ وَالتَّنَطُّعَ وَإِيَّاكُمْ وَالتَّعَمُّقَ وَعَلَيْكُمْ بِالْعَتِيْقِ (رواه اللالكائي في شرح أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة 1/97)

"Kalian akan menemui golongan-golongan yang mengaku mengajak kalian kepada kitabullah, padahal mereka menaruhnya dibelakang punggung mereka. Maka kalian harus berilmu dan janganlah berbuat bid'ah, janganlah berlebih-lebihan dalam beramal ataupun perkataan dan berpeganglah kepada para pendahulu (salaf) (HR. Al-Lalika'iy, Syarhu Ushuli I'tiqodi Ahlis Sunnah wal Jama'ah 1/97)

قال ابن تيمية : من شر الأقوال أهل البدع و الإلحاد

“Termasuk sejelek-jelek perkataan adalah perkataannya ahlu bid’ah dan atheis”.

( SYREH AQIDAH WASHITIYAH SYEH UTSAIMIN : 59)

Sufyan Ats-Tsauri v berkata:

الْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ اْلمَعْصِيَّةِ. اْلمَعْصِيَّةُ يُتَابُ مِنْهَا وَاْلبِدْعَةُ لاَيُتَابُ مِنْهَا (شرح أصول الإعتقاد أهل السنة والجماعة للكائي 1/132)

"Perbuatan bid'ah itu lebih disukai iblis dari pada perbuatan maksiat, karena yang melakukan maksiat akan bertaubat dari kemaksiatannya sementara orang yang melakukan bid'ah tidak akan bertaubat dari kebid'ahannya." (Syarh Ushulil I'tiqadi Ahli Sunnah wal Jama'ah, Al-Lalikaiy 1/132)

Ayub As-Sikhtiyani v berkata:

مَازْدَادُ صَاحِبُ بِدْعَةٍ اجْتِهَادًا إِلاَّ ازْدَادَ مِنَ اللهِ بُعْدًا (الأمر بالاتباع والنهي عن الابتداع، للإمام السيوطي : 66)

"Tidaklah seorang yang melakukan bid'ah semakin bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kebid'ahannya melainkan ia akan semakin jauh dari Allah." (Al-Amru bil Ittiba' wan Nahyu 'Anil Ibtida', Imam As-Suyuti, hal. 66)

Abdullah bin Umar z berkata:

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٍ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً (المدخل إلى السنن الكبرى للبيهقي رفم : 191)

"Setiap bid'a itu adalah sesat, sekalipun orang-orang memandang hal itu tampak baik." (Al-Madkhol ilas Sunanil Kubra, Al-Baihaqi, no. 191)

Imam Malik v berkata:

مَنِ ابْتَدَعَ فِيْ اِلإِسْلاَمِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعِمَ أَنَّ مُحَمَّدًا خَانَ الرِّسَالَةَ، لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ: (الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا) فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا فَلاَيَكُنِ اْليَوْمَ دِيْنًا

"Barangsiapa mengada-adakan dalam Islam suatu bid'ah dia melihatnya sebagai suatu kebaikan maka dia telah menuduh Muhammad menghianari risalah, karena Allah telah berfirman: "Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Ku ridhoi Islam menjadi agamamu." Maka sesuatu yang bukan termasuk ajaran agama pada hari itu (saat hidup Rasul), bukan pula termasuk ajaran agama pada hari ini." (Dakwatul Kholaf Ila Thoriqis Salaf, Muhammad bin Ali bin Ahmad Bafadhl, hal.)

Abdullah bin Mas'ud zberkata:

الْقَصْدُ فِي السُنَّةِ خَيْرٌ مِنَ اْلإِجْتِهَادِ فِي اْلبِدْعَةِ (رواه الدارمي، رقم : 223)

"Sederhana dalam Sunnah lebih baik dari pada bersungguh dalam masalah bid'ah." (HR. Ad-Darimi no. 223, dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi)

Abdullah bin Mas'ud zberkata:

تَعَلَّمُوْا اْلعِلْمَ قَبْلَ أَنْ يُقْبَضَ، وَقَبْضُهُ أَنْ يَذْهَبَ أَهْلُهُ، أَلاَ وَإِيَّاكُمْ وَالتَنَطُّعِ وَالتَعَمُّقِ وَالْبِدَعِ، وَعَلَيْكُمْ بِالْعَتِيْقِ (رواه الدارمي، رقم 144 بسند ضعيف)

"Pelajirah ilmu sebelum itu hilang, dan hilangnya ilmu itu dikarenakan wafatnya para ahlina. Ingatlah! Hendaknya kamu menjauhi memfasih-fasihkan dalam perkataan, berpanjang lebar dalam ucapan, dan bid'ah (menciptakan hal-hal yang baru dalam masalah agama), dan hendaknya kalian berpegang teguh kepada yang lama (salaf). (HR. Ad-Darimi no. 144, sanadnya dianggap dhoif)

Ibnu Abbas zberkata:

إِنَّ أَبْغَضُ اْلأُمُوْرِ إِلَى اللهِ تَعَالَى الْبِدَعُ، وَإِنَّ مِنَ اْلبِدَعِ اْلاِعْتِكَافُ فِي الْمَسْجِدِ الَّتِيْ فِي الدُوْرِ

"Hal yang paling dibenci oleh Allah adalah bid'ah, dan diantara perbuatan yang termasuk dalam perbuatan bid'ah adalah beri'tikaf di masjid dengan membuat lingkarang." (Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra 4/316)

Umar bin Abdul Aziz v berkata:

أُصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى، وَاْلإِقْتِصَادِ فِيْ أَمْرِهِ، وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ رَسُوْلِه n ، وَتَرَكَ مَا أَحْدَثَ الْمُحْدِثُوْنَ بَعْدُ

"Aku berwasiat kepadamu untuk selalu bertakwa kepada Allah, menjalankan perintah-Nya, mengikuti Sunnah Rasul-Nya, dan meninggalkan sesuatu yang disampaikan oleh orag-orang yang senantiasa menciptakan hal-hal yang baru (dalam masalah agama) sepeninggalanku." (Bid'ah yang dibungkus dengan hadits palsu, Abu Syama', hal. 40)

Umar bin Khattab zberkata:

نِعْمَتِ اْلبِدْعَةُ هَذِهِ يَعْنِيْ إِنَّهَا مُحْدَثَةُ لَمْ تَكُنْ، وَإِذَا كَانَتْ فَلَيْسَ فِيْهِ رَدٌّ لِمَا مَضَى

"Ini adalah bid'ah yang baik, yakni yang baru yang belum ada sebelumnya. Tetapi jika dilaksanakan, maka tidak bertentangan dengan ketentuan yang ada sebelumnya." (Bid'ah yang dibungkus dengan hadits palsu, Abu Syama', hal. 59)

قال ابن القيم : "كلام المتقدمين قليل كثير البركة , و كلام المتأخرين كثير قليل البراكة".

Ibnu Qoyim berkata: “perkataan para pendahulu sedikit tapi banyak barokah, sedangkan perkataan para mutakhkhirin banyak tapi sedikit barokah”. ( hilyatu tholibil ilmi, syeikh bakar Abu Zaid)

كُلُّ عِبَادَةٍ تُسْتَنَدُ إِلَى حَدِيْثٍ مَكْذُوْبٍ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهِيَ بِِدْعَةٌ

Setiap ibadah yang berlandaskan hadits maudhu' yang disandarkan kepada rasulullah saw adalah bidah

كُلُّ عِبَادَةٍ تُسْتَنَدُ إِلَى الرَّأْيِ المُجَرَّدِ وَالهَوَى فَهِيَ بِدْعَةٌ كَقَوْلِ بَعْضِ العُلَمَاءِ أَوْ العُبَّادِ أَوْ عَادَاتِ بَعْضِ البِلاَدِ أَوْ بَعْضِ الحِكَايَاتِ وَالمَنَامَاتِ

Setiap ibadah yang berlandaskan pendapat semata dan hawa nafsu maka itu adalah bidah, seperti pendapat sebagian ulama atau ahli ibadah atau kebiasaan sebagian daerah atau sebagian hikayat dan apa yang didapatkan didalam tidur

إِذَا تَرَكَ الرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِعْلَ عِبَادَةٍ مِنَ العِبَادَاتِ مَعَ كَوْنِ مُوْجِبُهَا وَسَبَبُهَا المُقْتَضَى لَهَا قَائِمًا ثَابِتًا وَالمَنْعُ مِنْهَا مُنْتِفَيًا فَإِنَّ فِعْلَهَا بِدْعَةٌ

Jika rasulullah saw meninggalkan suatu ibadah yang ada, padahal faktor dan sebab yang menuntut adanya pelaksanaan itu ada dan faktor penghalangnya tidak ada, maka melaksanakan ibadah tersebut adalah bidah

كُلُ عِبَادَاتِ تَرَكَ فِعْلَهَا السَلَفُ الصَالِحُ مِنَ الصَحَابَةِ وَالتَابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ أَوْ نَقْلُهَا أَوْ تَدْوِيْنُهَا فِي كُتُبِهِمْ أَوِ التَعَرُّّضُ لَهَا فِي مَجَالِسِهِمْ فَإِنَّهَا تَكُوْنُ بِدْعَةٌ بِشَرْطٍ أَنْ َيكُوْنَ المُقْتَضَيَ لِفِعْلٍ هَذِهِ العِبَادَةِ قََائِمًا وَالمَانِعُ مِنْهُ مَنْتَفِيًا

Semua ibadah yang tidak dilakukan oleh as salaf ash shalih dari kalangan shahabat, tabiin dan tabiit tabiin atau mereka tidak menukilnya (tidak meriwayatkannya) atau tidak menukilnya dalam kitab-kitab mereka atau tidak pernah menyinggung masalah tersebut dalam maklis-majlis mereka, maka jenis ibadah itu adalah bidah, dengan syarat faktor penuntut untuk mengerjakan ibadah itu ada dan faktor penghalangnya tidak ada

كُلُ عِبَادَةٍ وَرَدَتْ فِي الشَرْعِ عَلىَ صِفَةٍ مُقَيَّدَةٍ فَتَغْيِيْرُ هَذِهِ الصِفَةِ يِدْعَةٌ

Setiap ibadah yang dibatasi dengan tata cara (sifat) tertentu dalam syariat, maka merubah tata cara ini adalah bidah

الغُلُوْ فِى العِبَادَةِ بِالزِّيَادَةِ فِيْهَا عَلَى القَدْرِ المَشْرُوْعِ وَالتَشَدُّدِ وَالتَنَطُّعِ فِي الإِتْيَانِ بِهَا بِدْعَةٌ

Ghuluw dalam ibadah dengan menambah diatas batasab yang telah ditentukan, dan tasyaddud (mempersulit diri) serta memeberatkan diri dalam pelaksanaan ibadah tersebut adalah bidah

كُلُ مَا يَتَرَتَّبُ عَلَى فِعْلِ البِدَعِ المُحْدَثَةِ فِي الدِيْنِ مِنَ الإِتْيَانِ بِبَعْضِ الأُمُوْرِ التَعَبُّدِيَةِ أَوْ العَادِيَةَ فَهُوَ مُلْحَقٌ بِالْبِدْعَةِ ِلأَنَّ مَا اِنْبَنَى عَلَى المُحْدَثِ مُحَْثٌ

Segala sesuatu yang terjadi dan timbul akibat pelaksanaan hal-hal bidah muhdatsah didalam agama, baik berupa melakukan beberapa hal yang sifatnya ibadah atau adat, maka itu semua dikelompokkan dalam kategori bidah, sebab sesuatu yang dibangun diatas muhdats adalah muhdats juga. (Dinukil Dari Kitab Qawaaid Ma'rifat Al Bida', Edisi Indonesia "Kaidah Memahami Bidah", Oleh Muhammad Bin Husain Al Jizani).

BERPAHAM SALAF

Imam Malik v berkata:

لاَيَصْلُحُ آخِرُ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلهُاَ

"Generasi akhir ummat ini tidak akan baik kecuali dengan (jalan hidup) yang telah menjadikan baik generasi pendahulunya." (Dikutip dari buku Khutbatul Jum'at Pilihan hal. 197)

Asy-Sya'bi v berkata:

عَلَيْكَ بِآثَارِ السَّلَفِ وَإِنْ رَفَضَكَ النَّاسُ وَإِيَّاكَ وَآرَاءَ الرِّجَالِ وَإِنْ زَخْرَفُوْهَا لَكَ بِالْقَوْرِ (إعلام الموقعين 1/152)

"Berpeganglah kepada peninggalan para salaf walaupun karenanya kamu ditolak oleh orang banyak, jauhilah pendapat para tokoh, walaupun mereka menghiasi perkataan mereka." (I'lamul Muwaqi'in, Ibnu Qoyim Al-Jauziyah 1/152)

Imam asy-Syathibi Rahimahullah berkata:

إِنَّ الْجَمَاعَةَ مَا كَانَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَأَصْحَابُهُ وَالتَّابِعُوْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ

"Sesungguhnya jama'ah adalah apa yang (ditempuh) oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik." (Kitab Ushulil Iman, Beberapa ulama, halm. 276)

Abdullah bin Mas'ud radhiaallahu'anhu berkata:

مَنْ كَانَ مُتَأَسِّيًا فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ n فَإِنَّهُمْ أَبَرُّ قُلُوْبًا وَأَعْمَقُهَا عِلْمًا وَأَقَلُّهَا تَكَلُّفًا وَأَقْوَمُهَا هَدْيًا وَأَحْسَنُهَا حَالاً، قَوْمٌ اِخْتَارَهُمُ الله ُلِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَهُمْ وَاتَّبِعُوْا آثاَرَهُمْ فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى اْلهُدَى اْلمُسْتَقِيْمِ (إعلام الموقعين 4/139)

"Barangsiapa yang mengikuti seseorang hendaklah ia mengikuti para sahabat Rasulullah n . Karena sesungguhnya hati mereka adalah sebaik-baik hati manusia. Ilmu mereka adalah sedalam-dalam ilmu manusia. Mereka paling sedikit bebannya (tidak mengadakan urusan-urusan yang memberatkan diri), paling lurus jalan (hidup)nya dan paling baik keadaan akhlaknya. Suatu kaum yang dipilih oleh Allah untuk menjadi sahabat Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya, maka ketahuilah keutamaan mereka dan ikutilah atsar-atsarnya (jejak langkahnya) karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus." (I'lamul Muwaqi'in 4/139)

JAUHI DUNIA DAN HAWA NAFSU

Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib zberwasiat:

اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتْئِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنٌ، فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَآءِ اْلآخِرَةِ وَلاَ تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَآءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابٌ وَغَدًّا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلٌ

"Dunia akan pergi berlalu, dan akhirat akan datang, dan keduanya mempunyai anak-anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya pada hari ini hanya ada amal tanpa hisab (perhitungan), dan besok hanya ada hisab (perhitungan) tanpa amal." (HR. Bukhori secara Mu'allaqa)

Ibnul Qoyim v berkata:

احْذَرُوْا مِنَ النَّاسِ صِنْفَيْنِ: صَاحِبُ هَوَى قَدْ فَتَنَهُ هَوَاهُ وَصَاحِبُ دُنْيَا أَعْمَتْهُ دُنْيَاهُ (إغاثة اللهفان، لابن القيم الجوزية، 2/586)

"Waspadalah kalian terhadap dua tipe manusia, pengikut hawa nafsu yang diperbudak oleh hawa nafsunya dan pemburu dunia yang telah dibutakan (hatinya) lantara dunia (yang telah dicapainya)" (Ighotsatul Lahfan, Ibnul Qoyim Al-Jauziyah 2/586)

Perkataan Imam Ali bin Abi Thalib Radliyallahu 'anhu

الدُّنْيَا دَارُ صِدْقٍ لِمَنْ صَدَقَهَا وَدَارُ نَجَاةٍ لِمَنْ فَهِمَ عَنْهَا وَدَارُ غِنَى لِمَنْ تَزَوَّدَ مِنُهَا مَهْبَطَ وَحْيِ اللهِ وَمُصَلَّى مَلَئِكَتِهِ وَمَسْجِدُ أَنْبِيَآئِهِ وَمَتْجَرُ أَوْلِيآئِهِ رَبِحُوْا فِيْهَا الرَّحْمَةَ وَأَكْسَبُوْا فِيْهَا فَمَنْ ذَا يَذُمُّهَا ؟

"Dunia adalah negeri benar bagi orang yang membenarkannya, negeri keberuntungan bagi orang yang memahaminya, negeri yang mencukupkan bagi orang yang berbekal darinya. Tempat turunnya wahyu Allah, tempat shalat para malaikat-Nya, masjid para nabi-Nya dan tempat berdagang para wali-Nya. Di dalamnya Mereka beruntung dengan mendapatkan rahmat dan bekerja di dalamnya. Maka siapakah yang akan mencelanya?" (Tahsiluth Thariq Ila Tashilith Thariq, Syaikhul Islam Abdul Barr Ibnu Syihnah, hal. 07)

قال وهب بن منبه : إحفظوا عني ثلاثا : إياكم وهوى متبعا وقريب سوء وإعجاب المرء بنفسه ( سير الأعلام 4\541 )

Wahab bin Munabih berkata : “Jagalah dariku tiga perkara : 1] jauhilah olehmu dari mengikuti tiga hawa nafsu, teman yang buruk, dan bangga seseorang terhadap dirinya. ( Syiarul A'lam : 4 / 541 )

ومن الكلمات السائرة عند السلف: أسرع الناس ردة أصحاب الأهواء" ( الصارم المسلول 56-57)

BERSUNGGUH DALAM BERAMAL

كَانَ مُطَرِّفُ بْنِ عَبْدِ اللهِ يَقُولُ : اِجْتَهِدُوْا فِى الْعَمَلِ فَإِنْ يَكُنِ الأَمْرُ كَمَا نَرْجُوْ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ وَعَفْوِهُ ، كَانَتْ لَنَا دَرَجَاتٌ فِى الْجَنَّةِ . وَإِنْ يَكُنِ الأَمْرُ شَدِيْدًا كَمَا نَخَافُ وَنُحَاذِرَ لَمْ نَقُلْ { !$uZ­/u $oYô_̍÷zr& ö@yJ÷ètR $·sÎ=»|¹ uŽöxî Ï%©!$# $¨Zà2 ã@yJ÷ètR }- فاطر: 37 نقول : قَدْ عَمِلْنَا فَلَمْ يَنْفَعْنَا ذَلِكَ.

“Mutharif bin Abdullah berkata: Bersungguh-sungguhlah kalian dalam beramal. Jika sesuatu yang terjadi sesuai dengan yang kita harapkan, itu karena rahmat Allah dan sifat pemaafnya. Maka kita memiliki beberapa derajat di surga. Jika sesuatu yang terjadi adalah perkara yang berat seperti sesuatu yang kita takutkan dan khawatirkan, kita tidak berkata: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". (QS. Faatir: 37). Namun kita katakana: Sungguh kami telah beramal, namun semua amal kami tidak berguna bagi kami.( Jami’ul Ulum wa al-Hikam, Ibnu Rajab al-Hambali, hlm. 312.)

قَالَ بَكْرُ اَلْمَزْنِي : إِذَا أَرَدْتَ أَنْ تَنْفَعَكَ صَلاَتُكَ فَقُلْ لَعَلِّي لاَ أُصَلِّى غَيْرَهَا

“Bakr al-Mazni berkata: Jika engkau ingin shalatmu bermanfaat bagi dirimu, maka berkatalah: Barangkali aku tidak bisa shalat setelah ini.” .( Jami’ul Ulum wa al-Hikam, Ibnu Rajab al-Hambali, hlm. 521.)

MENJAGA LISAN

Umayyah bin Shalt v berkata:

أَيُّمَا شَاطِنٌ عَصَاهُ عَكَاهُ وَرَمَاهُ فِيْ السِّجْنِ وَاْلأَغْلاَلِ

"Siapa yang tidak mampu mengendalikan lidahnya, ia akan menjerumuskan yang punya kedalam penjara dan belenggu rantai." (Edisi terjemah, Mashoibul Insan Min Makaidisy Syaithan, Al-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih Al-Maqdisi Al-Hanbali, hal. 8)

قَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِي : كَفَارَةُ الْغِيْبَةِ أَنْ تَسْتَغْفِرَ لِمَنِ اغْتَبْتَهُ

“Imam al-Hasan al-Bashri berkata: Kafarat ghibah adalah memintakan ampun (istigfar) untuk orang yang engkau ghibahi (gunjing).” (Majmu’atu Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, III/182.)

قال ابن عون : ( ذكر الناس داء, وذكر الله دواء )

Ibnu 'Aun berkata, : "Membicarakan manusia adalah penyakit, dan mengingat Allah adalah obat "

( Hisyam bin Ismail Ash Shoyani, Manhaj Ahlu sunnah wal JAma'ah fi an naqd wal hukmi alal akhorin, hlm.73)

AMAR MA'RUF NAHI MUNGKAR

قال ابن تيمية في تفسير ال عمران: 104 : والامر بالمعروف والنهي عن البدعة هو امر بمعروف ونهي عن منكر، وهو من أفضل الاعمال الصالحة....." (منهاج السنة :5/252)

IMAN PADA ALLAH DAN KUFURI THOGUT

كان علي بن الحسين tتعالى يعلم ولده يقول: "قل: آمنت بالله, و كفرت بالطاغوت". إسناده حسن.

Ali bin Al-Husain rahimahullah pernah mengajari anaknya, ia berkata: "Katakanlah: 'Aku beriman kepada Allahk, dan aku mengkufuri thaghut[1]'." (Hasan). Aqwalut Tabi'in fit Masaili At-Tauhid wa Al-Iman, jilid II, (1/491). Disebutkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf (1/342). Sanadnya Hasan.

KEDZOLIMAN

عن قتادة أو الحسن أو كليهما, قال: "الظلم ثلاثة: ظلم لا يغفر, و ظلم لا يترك, و ظلم يغفر, فأما الظلم الذي لا يغفر فالشرك بالله, وأما الظلم الذي لا يترك فظلم الناس بعضهم بعضاً, وأما الظلم الذي يغفر فظلم العبد نفسه فيما بينه و بين ربه". إسناده صحيح من رواية معمر عن قتادة

Dari Qatadah atau Al-Hasan atau keduanya, berkata: "Dzalim itu ada tiga: dzalim yang tidak diampuni, dzalim yang tidak dibiarkan da, dzalim yang diampuni. Adapun dzalim yang tidak diampuni adalah menyekutukan Allahk, sedangkan dzalim yang tidak dibiarkan adalah kedzaliman manusia antara yang satu dengan yang lainnya dan dzalim yang diampuni adalah kedzaliman seorang hamba antara dirinya dengan Allahk". (Aqwalut Tabi'in fit Masaili At-Tauhid wa Al-Iman, jilid II, (3/582). Disebutkan oleh Abdurrazaq dalam Al Mushannaf (20276). Sanadnya Shahih dari jalur Ma'mar dari Qatadah.)

DZIKRUL MAUT

شميط بن عجلان : من جعل الموت نصب عينيه لم يبال بضيق الدنيا ولابسعتها ( منهاج القاصدين 311 )

Berkata syamith bin 'Ajlan: "Barang siapa yang menjadikan kematian senantiasa dihadapan matanya, maka dia tidak akan peduli dengan kesempitan dunia maupun kemewahannya." ( Minhajul Qoshidin : 311 )

KUBURAN

عن أبي مجلز, قال: "تسوية القبور من السنة". إسناده صحيح.

Dari Abi Majlaz, ia berkata: "Meratakan kuburan adalah termasuk dari sunnah". (Aqwalut Tabi'in fit Masaili At-Tauhid wa Al-Iman, jilid II, (4/680). Disebutkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf (3/342). Sanadnya Shahih)

ISTIQOMAH

و قال ابن قيم عن العزم, هي: (( العقد الجازم على المسير, و مفارقة كل قاطع و معوّق, و مرفقة كل معيّن و موصل. و بحسب كمال انتباهه و يقظته يكون عزمه. و بحسب قوة عزمه يكون استعداده )).

Ibnu Qayyim berkata tentang 'Azm, yaitu: "Tekad yang kuat di atas jalan yang ditempuh, dan menghindari segala rintangan dan sesuatu yang mengahalangi, serta menempuh segala seuatu yang menghantarkan kepadanya. Sejauh mana kesempurnaan perhatiannya dan kesadarannya tentang hal itu, maka sejauh itulah kekuatan 'azamnya. Dan sejauh mana kekuatan 'azamnya, maka sejauh itulah persiapannya" (Madarijus Salikin, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Muassasah Al Mukhtar-Al Qahirah, jld. I, hlm. 117)

DARI FAUZI

ILMU DAN ULAMA'

قال مسروق: كفى بالمرء علما أن يخشى الله وكفى بالمرء جهلا أن يعجب بعمله

Masruq v berkata: "Cukup seseorang disebut orang yang berilmu jika ia takut kepada Allahk. Dan cukuplah seseorang dikatakan bodoh jika ia bangga dengan amalnya." [tanbighul ghofilin: 229]

قال أبودرداء: إن من شرالناس عندالله عزوجل منزلة يوم القيامة عالما لم ينتفع بعلمه ( حياة الصحابة :3\244)

Berkata Abu Darda: Sesungguhnya sejelek – jelek kedudukan manusia pada hari kiamat di sisi Alloh adalah orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya. ( Hayatus Shohabah : 3 / 244 )

قال الحسن البصري: ليس الإيمان بالتحلي ولا بالتمني ولكنه ماوقر في الصدر وصدقته الأعمال

Hasan AL Bashri berkata : Iman itu bukan hanya hiasan dan angan – angan, akan tetapi ia adalah sesuatu yang tertanam dalam lubuk hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. ( Al Izz Al Hanafi, Syarh Al – Aqidah At Thohawiyah : 339 )

عن هلال بن خباب قال: سألت سعيد بن جبير قلت: ياابا عبد الله! ما علامة هلاك الناس؟ قال: إذا هلك علماؤهم" (رواه ابن سعد 6/ 262، وابن أبي شيتة 15/ 324، وأحمد في الزهد 262، وابن عبد البر في جامع البيان 1/153، وهو صحيح.

Dari Hilal bin Khobab berkata: "Aku bertanya kepada Said bin Jubair aku berkata: wahai Abu Abdillah! Apa tanda-tanda rusaknya manusia? Ia jawab: "Jika ulama-ulama mereka hancur". ( HR. Ibnu Sa'ad 6 / 262, Ibnu Abi Syaibah 15 / 324, Ahmad dalam bab Zuhud 262, Ibnu Abdil Bar dalam Jami'il Bayan 1/153, riwayatnya shohih)

قال أبو حامد العزلي رحمه الله : - فِي أَداَبِ طَلَبِ العِلْمِ- أَنْ يُقَلِّلَ العَلاَئِقَهُ مِنَ الإِشْتِغَالِ مِنَ الدُّنْيَا، وَيُبَعِّدُ عَنِ الأَهْلِ وَالوَطَنِ، فَإِنَّ العَلاَئِقَ شَاغِلُهُ وَصَارِفُهُ.

Berkata Abu Hamid Al-Ghazali, semoga Allah merahmatinya, – ketika menerangkan eika menuntut ilmu – "Hendaknya (orang yang sedang menuntut ilmu) meminimalisir keterkaitan terhadap urusan dunia, dan menjauhkan diri dari keluarga dan kampung halamannya, karena keterkaitan dapat menyibukkan dan memalingkannya".(Al-Jaami' fii Thalabil Ilmi as-Syariif – Abdul Qadir bin Abdil Aziz hlm. 51 - bab. 4 - jld. 3).

ILMU SEBAB TURUNNYA AYAT

قال ابن الخطاب : يابن عباس كيف تختلف هذه الأمة ونبيها واحد وقبلبتها واحدة فقال : يا أمير المؤمنين إنما أنزل علينا القرآن فقرأناه وعلمناه فيما نزل إنه سيكون بعدنا أقوام يقرأون القرآن ولايدرون فيما نزل فيكون لهم فيه راي فإذا كان لهم فيه رأي اختلفوا فإذا اختلفوا اقتتلوا

KEUTAMAAN AHLI ILMU DAN JIHAD

Dari Abu Darda' Radliyallahu 'anhu, beliau berkata;

مَثَلُ اْلعُلَمَاءِ فِي النَّاسِ كَمَثَلِ النُّجُوْمِ فِي السَّمَاءِ يُهْتَدَى بِهَا

"Perumpamaan ulama di tengah-tengah manusia, seperti bintang di langit yang menjadi petunjuk (bagi mereka)." (Siyar A'lamin Nubala', adz-Dzahabi)

Maimun bin Mahran Rahimahullah berkata;

إِنَّ مَثَلَ الْعَالِمِ فِي الْبَلَدِ كَمَثَلِ عَيْنِ عُذْبَةٍ فِي الْبَلَدِ

"Sesungguhnya perumpaan seorang alim (orang yang berilmu) seperti perumpaan mata air tawar di sebuah negeri." (Jam' Bayan al-'Ulum wa fadlihi, Ibnu Abdil Barr, Hal: 93)

وروى الخطيب البغدادي بإسناده عن إسحق بن عبدالله قال (أقرب الناس من درجة النبوة أهل العلم وأهل الجهاد، قال: فأما أهل العلم فدلّوا الناس علي ماجاءت به الرسل، وأما أهل الجهاد فجاهدوا على ماجاءت به الرسل) أهـ (الفقيه والمتفقِّه، 1/35).

Diriwayatkan oleh al Khatib Al Baghdadi dengan sanadnya dari Ishaq bin Abdullah ia berkata: manusia yang paling dekat derajatnya dengan kenabian adalah ahlul ilmi dan ahlul jihad, ia berkata: ahlul ilmi mereka yang menunjuki manusia sesuai yang datang dari Rasulullah n , sedangkan ahlul jihad mereka berjihad sesuai dengan apa yang datang dari Rasulullah n .

MENJAGA KELUARGA DARI API NERAKA

وقال علي بن أبي طلحة عن ابن عباس (قوا أنفسكم وأهليكم ناراً) يقول اعملوا بطاعة الله واتقوا معاصي الله وَأْمُروا أهليكم بالذكر ينجيكم الله من النار. ( الجامع في طلب العلم الشريف )

Berkata Ali Bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas mengenai ayat ( quu anfusakum wa ahlikum naara ) ia berkata: kerjakanlah ketaatan kepada Allah k , takutlah berbuat maksiat kepada allah dan perintahkanlah keluargamu dengan berdzikir, maka Allah k akan menyelamatkanmu dari api neraka.

شيـــخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله قال: ويجب تعليم أولاد المسلمين ماأمر الله بتعليمهم إياه، وتربيتهم على طاعة الله ورسوله. ( الجامع في طلب العلم الشريف )

Syaikhul Islan Ibnu taimiyyah v berkata: wajib mengajarkan anak-anak kaum muslimin dengan apa-apa yang diperintahkan Allah k kepadanya dan mendidik mereka kepada ketaatan kepada Allah k dan Rasul-Nya.

SIFAT ALLAH

قال الإمام أحمد : "لايوصف الله إلا بما وصف به نفسه أو وصفه به رسوله, لا يتجاوز القرآن والحديث "

ARTINYA: “Allah ktidak disifati kecuali dengan apa-apa yang telah Dia sifai sendiri atau disifati oleh RosulNya dan tidak menyelisihi Al Qu’an dan As Sunnah”.

( SYREH AQIDAH WASHITIYAH SYEH UTSAIMIN : 48)

ومن كلام الشافعي : "آمنت بالله وبما جاء عن الله على مراد الله , وآمنت برسول الله و بما جاء عن رسول الله على مراد رسول الله

Dan termasuk dari perkataan Imam Syafi’I: “aku beriman kepada Allah k dan dengan apa yang datang darinya dan sesuai dengan apa yang dimaksudnya, demikian juga aku beriman kepada Rosululloh dan dengan apa yang dibawa Rosululloh sesuai dengan apa yang dikehendaki beliau”.

Imam Malik ditanya tentang firmanNya QS. Thoha: 5 "الرحمن على عرش استوى"

"كيف استوى ؟ فأطرق مالك برأسه حتى علاه العراق, ثم رفع رأسه وقال : "الإستواء معلوم و الكيف مجهول و الإيمان به واجب و السؤال عنه بدعة "

Bagaimanakah istiwa’nya Allah k? lalu Imam Malik memukul kepala orang itu sampai bercucuran keringatnya, lalu mengangkat kepalanya dan berkata; “istiwa’ itu telah diketahui, beriman kepadanya wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid’ah”.

( SYREH AQIDAH WASHITIYAH SYEH UTSAIMIN : 64)

قال نعيم بن حماد الخزاعي شيخ البخاري : " من شبه الله بخلقه, فقد كفر, ومن جحد ما وصف الله به نفسه كفر وليس فيما وصف الله به نفسه أو بما وصف به رسوله تشبيه و لا تمثيل".

Nuaim bin Hamad Al Khoza’I Syaikhnya imam Bukhori berkata: “barang siapa yang meyerupakan Allah k dengan makhluqnya, maka sungguh ia telah kafir”. Karena ia telah mengumpulkan antara mendustakan khobar ( yaitu firmanNya dalam Asy Syuro: 11) dan menolak tholab (yaitu perintah Allah k agar tidak diserupakan dengan yang lainnya sebagaiman dalam An Nahl: 74). ( SYAIH AQIDAH WASHITIYAH SYAIH UTSAIMIN : 66 dan 83)

قال بعض السلف: "إذا قال لك الجهمي : إن الله ينزل إلى السماء, فكيف ينزل ؟ فقل : إن الله أخبرنا أنه ينزل , ولم يخبرنا كيف ينزل .

Berkata sebagian salaf: “jika orang jahmiyah berkata kepadamu: “sesungguhnya Allah k itu turun, lalu bagaimanakah Allah k turun? Maka katakanlah: “sesungguhnya Allah k menghabarkan kepada kita bahwa Dia turun namun tidak maenghabarkan kepada kita bagaimana kita turun.” ( SYAIH AQIDAH WASHITIYAH SYAIH UTSAIMIN : 63)

IKATAN-IKATAN ISLAM

يَقُوْلُ عُمَرُ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: {إِنَّمَا تَنْقُضُ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً إِذَا نَشَأَ فِي الْإِسْلَامِ مَنْ لَا يَعْرِفُ الْجَاهِلِيَّةِ}

Umar bin al-Khaththab berkata, "Sesungguhnya tali-tali ikatan Islam akan lepas satu demi satu, bila tumbuh dalam Islam orang yang tidak memahami kejahiliyahan."

KEUTAMAAN DZIKIR DAN EKSISTENSINYA

من أكثر ذكر الله عز وجل برئ من النفاق

Berkata Ka'ab:" Barangsiapa yqang banyak berdzikir akepada Allah kama akan terlepas dari kenifakan".( Al Waabil Ash Shayyib, Ibnu Qayyim. Cet.I,th.1418 H/1997M, al Maktabah Al Islamiyah. Hal 109).

قال شيخ الإسلام ابن تيمية : الذكر للقلب مثل الماء للسمك , فكيف حال السمك إذا فارق الماء

Berkata Syaikhul Islam :" Dzikir terhadap hati bagaikan air terhadap ikan maka bagaimana halnya ikan apabila terpisah dengan air".".( Al Waabil Ash Shayyib, Ibnu Qayyim. Cet.I,th.1418 H/1997M, al Maktabah Al Islamiyah. Hal 110 )

قال لقمان لابنه : إن مثل أهل الذكر والغفلة كما النور والظلمة

"( Bidayah Wan Nihayah, Ibnu katsir, Juz.9/hal.226. Cet.I,tahun 1423 H/2003 M, Maktabah Ash Shafa ).

Berkata luqman kepada Anakmya:" Sungguh permisalan Ahli Dzikir dengan Orang yang lalai seperti Cahaya dan kegelapan".

AL QUR'AN KALAMULLOH

قال الإمام أحمد : ( على كلّ حال من الأحوال القران كلام الله غير مخلوق)

Imam Ahmad berkata : "Walau dalam kondisi apapun, al qur'an adalah kalamullah bukan makhluk". ( Abdurrahman bin Yusuf Al Jadi' , al aqidah as salafiyah fii kalami robbi al bariyyah wa roddiyah, hlm. 247 )

قال الإمام أحمد :( من قال : لفظي بالقران مخلوق فهو جهميّ، ومن قال : غير مخلوق، فهو مبتدع لا يكلَّم )

Imam Ahmad berkata : "Siapa yang mengatakan 'Lafadku membaca al Qur'an adalah makhluk' maka ia adalah Jahmiyah, dan siapa yang mengatakan bukan makhluk maka ia ahlu bid'ah, tidak usah diajak bicara'. ( Ibnu Taimiyah, Majmu' fatawa : 12 / 325 atau Abdurrahman bin Yusuf Al Jadi', Al Aqidah As Salafiyah Fii Kalami Robbi Al Bariyyah Wa Roddiyah : 270 )

TAUBAT

قال على بن الحسين : إن الله يحب المؤمن المذنب التواب.

Berkata Ali Bin Husain:" Sungguh Allah mencintai seorang Mukmin Yang berdosa yang bertaubat"."( Bidayah Wan Nihayah, Ibnu katsir, Juz.9/hal.96. Cet.I,tahun 1423 H/2003 M, Maktabah Ash Shafa ).

ISTIQOMAH

قال شيخ الإسلام ابن تيمية: أعظم الكرامة لزوم الاستقامة.

(أنظر مدارج السالكين : ابن القيم الجوزية، باب الاستقامة).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sebesar-besarnya karomah adalah konsisten dalam istiqomah”.

سئل أبو بكر الصديق aعن الإستقامة فقال: (أن لاتشرك بالله شيئا) يريد الإستقامة على محض التوحيد

Abu bakar shiddiq a ditanya tentang istiqamah: beliau menjawab, "janganlah engkau mensekutukan Allahl dengan sesuatupun", Allahl hanya menghendaki keistiqamahan dalam membersihkan tauhid. (Dinukil dari Kitab Baghyatul Qashidin Bab Aqsamu Dzunub: 103 Dan Bab Istiqamah: 178-179)

وقال عمر بن الخطاب a: الإستقامة: أن تستقيم على الأمر والنهي ولا تروغ روغان الثعالب

Berkata umar bin khatab a, "istiqamah", yaitu hendaknya anda konsisten dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan serta jangan menyimpang seperti menyimpangnya kancil atau pelanduk. (Dinukil dari Kitab Baghyatul Qashidin Bab Aqsamu Dzunub: 103 Dan Bab Istiqamah: 178-179)

وقال عثمان بن عفانa: استقاموا: أخلصوا العمل لله

Berkata utsman bin affan a, "istiqamu", "hendaknya kalian mengikhlaskan setiap amalan hanya untuk Allah semata. (Dinukil dari Kitab Baghyatul Qashidin Bab Aqsamu Dzunub: 103 Dan Bab Istiqamah: 178-179)

وقال الحسن: استقاموا على أمر الله فعملوا بطاعته واجتنبوا بمعصيته

Berkata al hasan: hendaklah kalian konsisten dalam mengerjakan perintah Allah dan melaksanakan ketaatan-ketaatan kepadaNya serta menjahui maksiat-maksiat (yang dilarangNya)

وقال شيخ الإسلام ابن تيمية: استقاموا على محبته وعبوديته فلم يلتفتوا عنه يمنة ولا يسرة

Berkata syaikhul islam ibnu taimiyah, "Hendaknya kalian istiqamah dalam mencintai Allah, beribadah kepadaNya dan tidak berpaling dariNya, baik dalam keadaan senang maupun susah.



[1] Thaghut adalah setiap yang disembah selain allah dan dia ridha.