Wanita, Mayoritas Penghuni Neraka
Ibnu Sirin Menceritakan, bahwa suatu ketika kaum laki-laki dan wanita berdebat, mana yang lebih banyak menjadi penghuni Jannah, wanita atau laki-laki? Ketika ditanyakan kepada Abu Hurairah Radhiyallâhu ‘Anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallâhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya golongan yang pertama kali masuk Jannah adalah seperti cahaya bulan di malam bulan purnama, berikutnya seperti cahaya bintang yang menyala-nyala di langit. Setiap satu orang dari mereka bersama dua istri yang terlihat sungsum kedua tangannya di balik dagingnya. Dan tidak seorangpun di Jannah itu membujang.” (HR. Muslim, No: 5062)
Menurut Qadhi Iyadh, zhahir dari hadits ini, bahwa kaum wanita adalah penghuni mayoritas di Jannah kelak. Sedangkan mengenai hadits Nabi Shallallâhu ‘Alayhi wa Sallam tentang penduduk Jannah yang paling bawah,
أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ الَّذِي لَهُ ثَمَانُونَ أَلْفَ خَادِمٍ وَاثْنَتَانِ وَسَبْعُونَ زَوْجَةً.
“Penduduk Jannah yang paling bawah adalah mereka yang memiliki delapan puluh ribu pelayan dan tujuh puluh dua istri.” (HR. at-Tirmidzi, No: 2485)
Al-Qaari berpendapat, bahwa hadits pertama yang menyebutkan setiap mereka bersama dua istri yang terlihat sungsum kedua tangannya di balik dagingnya, tidak menafikan bahwa setiap mereka bersama banyak bidadari yang tidak terhitung, dan yang nampak dari hadits bahwa dua istri itu adalah dari wanita dunia. Adapun bahwa penghuni Jannah yang paling bawah bersama tujuh puluh dua istri, secara umum yaitu dua dari wanita dunia dan tujuh puluh dari bidadari Jannah. Demikian menurut Ibnu Hajar, bahwa maksud setiap mereka bersama dua istri yaitu wanita dari dunia.
Mayoritas Penghuni Neraka?
Lalu bagaimana dengan maksud hadits Nabi Shallallâhu ‘Alayhi wa Sallam yang menyatakan bahwa mayoritas penghuni Neraka adalah wanita. Sebagaimana hadits Imran bin Husain bahwa Nabi Shallallâhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda,
اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ.
“Aku melihat ke Jannah, ternyata mayoritas penghuninya adalah orang faqir. Dan aku melihat ke Neraka ternyata mayoritas penghuninya adalah wanita.” (HR. Bukhari, No: 3002)
Dalam hadits lain dari Imran bin Husain bahwa, Nabi Shallallâhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda,
إِنَّ أَقَلَّ سَاكِنِي الْجَنَّةِ النِّسَاءُ.
“Sesungguhnya minoritas penduduk Jannah itu adalah wanita.” (HR. Muslim, No: 4921)
Menanggapi pertentangan hadits Abu Hurairah dan hadits Imran bin Husain, di antara ulama ada yang menggabungkan maksud dua hadits itu. Yaitu bahwa minoritas wanita di Jannah itu ketika sebelum keluarnya ahli tauhid yang bermaksiat dari Neraka, maka bila mereka telah keluar dari Neraka ketika itu wanita menjadi mayoritas penghuni Jannah. Dan maksud Abu Hurairah bahwa jenis wanita di Jannah lebih banyak dari pada jenis laki-laki, karena setiap laki-laki bersama dua istri, dan sama sekali tidak bermaksud bahwa wanita keturunan Adam lebih banyak dari pada laki-lakinya. (at-Takhwif min Neraka, 1/195)
Ibnul Qayyim berpendapat-ketika memahami hadits wanita minoritas penghuni Jannah-Ini menunjukan bahwa maksud wanita mayoritas Jannah adalah bidadari, adapun wanita dunia mereka minoritas penghuni Neraka. Tapi as-Samanhudi menentang pendapat ini, karena menurutnya mungkin dikompromikan, yaitu bahwa hadits wanita minoritas penghuni Jannah itu bila dibandingkan dengan jumlah banyaknya wanita yang masuk Neraka.
Menurut Qadhi Iyadh, mengapa wanita menjadi mayoritas penghuni Jannah, karena wanita mayoritas keturunan nabi Adam. Semuanya adalah keturunan Adam, karena kalau tidak, mesti setiap Ahlu Jannah bersama banyak bidadari.
Al-Qurthubi berkata, maksud dari wanita mayoritas penghuni Jannah, yaitu awal mereka di Neraka, adapun setelah sebagian mereka keluar dari Neraka karena syafa’at dan rahmat Allah, sehingga tidak tersisa satupun dari ahli tauhid, maka wanita di Jannah menjadi mayoritas, ketika itu setiap laki-laki ahli Jannah bersama dua istri dari wanita dunia dan tujuh puluh dari bidadari Jannah. (Faidhul Qhadir, 1/545)
Menurut Ibnu Hajar, bahwa mayoritas wanita di Neraka tidak mesti menafikan mayoritas mereka di Jannah. Tetapi bisa jadi, yang meriwayatkan memahami dari sisi makna saja ketika mengetahui bahwa wanita merupakan mayoritas penghuni Neraka berarti mereka menjadi minoritas penghuni Jannah, padahal tidak mesti dipahami seperti itu. Atau bisa jadi, mereka menjadi mayoritas Neraka sebelum keluar darinya karena syafa’at. (Fathul Baari, 6/325)
Pilihan Terbaiknya: Tidak ke Neraka
Memang banyak dari ulama yang berpendapat bahwa wanita dunia menjadi mayoritas penghuni Jannah, tapi setelah mereka keluar dari Neraka karena syafa’at Allah. Namun ada yang lebih penting lagi, yakni bagaimana agar para wanita senantiasa berhati-hati dari dosa-dosa yang menjadikan masuk Neraka terlebih dahulu itu. Bukankah pilihan terbaiknya adalah tidak usah ke Neraka terlebih dahulu, tetapi langsung ke Jannah saja? Untuk itu Nabi Shallallâhu ‘Alayhi wa Sallam memerintahkan agar banyak bersedekah dan istighfar. Sebagaimana hadits Abdullah bin Umar, bahwa Nabi Shallallâhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda,
“Wahai para wanita bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istighfar, karena aku melihat kalian menjadi mayoritas penghuni Neraka.”
Lalu salah seorang dari mereka bertanya, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Karena kalian banyak mengucapkan laknat dan mengingkari keutamaan suami (hak suami).” (HR. Muslim No:114)
Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar